Thursday 30 April 2009

Ajarin aku bisnis dunk....

Banyak temen - temen yang menanyakan hal ini kepada saya. Terkadang saya malah bingung menjawabnya. Karena saya sendiri masih bekerja, dan memang saya punya usaha sampingan yakni debloomen (bantal). Hanya saja tiap ditanya kok kamu bisa milih usaha ini?? gimana cara memulainya... Sepertinya saya sendiri bingung jawabnya.

Dengan latar belakang saya yang kebanyakan keluarga dari pegawai, sangat tidak mudah. Tapi saya bersyukur karena pasangan hidup saya yakni suami, mau support saya dan menjadi partner saya yang baik, tidak hanya hal - hal tentang kehidupan tapi juga mengenai hal - hal yang menyangkut aktualisasi diri saya.

Usaha debloomen memang dirintis oleh suami saya pada bulan maret 2007 tepatnya tanggal 23 an. Dan dari beliau saya diajarkan cara memasarkan suatu produk. kenapa saya memilih bantal ini?? ada beberapa alasan:

1. Saya lebih suka pada usaha yang merupakan Produsen, bukan hanya sebagai distributor. Dengan saya menciptakan suatu produk, maka saya pun bisa dengan fleksible merubah atau menambah produk yang saya buat.

2. Bantal mempunyai jenis yang sama, yang berbeda adalah ukuran dan model. Tapi dimanapun kita berada namanya bantal ya sama. beda kalau kita berjualan sprei, pasti ada motifnya dan selera tiap orang akan berbeda. Sedangkan bantal tidak.

3. Orang akan membutuhkan bantal meski tidak dalam waktu dekat. Jadi misalkan kita stok bantal kita juga akan long life tidak ketinggalan mode.

4. Lebih praktis, karena tidak mengakomodir selera orang dalam hal warna atau motif.

Hal tersebut diatas, karena saya masih sebagao pekerja, jadi untuk punya usaha sendiri kita tidak perlu yang membutuhkan suatu konsentrasi tinggi. Meskipun de bloomen juga tetap membutuhkan penanganan yang baik. Dan memang tingkat penjualan juga tidak sedahsyat bisnis yang ditangai dengan baik, tapi untuk saya yang pemula hal ini sudah baik, dan saya sudah ada progres beberapa tahun ke depan.

Jika memulai usaha mungkin harus juga dilihat kemampuan diri kita, terutama dalam hal waktu dan minat. Karena semakin kompleks yang kita jual, semakin menyedot banyak perhatian kita. Meskipun kita juga harus melihat pasar, namun sebagai pemula kita harus tahu dulu kekuatan yang ada dalam diri kita.

Yang tak kalah penting adalah dukungan dari pasangan, karena memulai usaha sendiri itu tidak gampang dan banyak sekali naik turunya, bahkan on off nya.

Wednesday 25 March 2009

Kartu Kredit - ku sayang yang menjebak...

Saya bukan seorang yang ahli dalam keuangan, tapi honestly saya belajar banyak hal dari kejadian sehari – hari yang sering terjadi baik yang saya alami sendiri maupun orang lain, dari teman dekat maupun orang lain bahkan di radio. Dan saya mencoba untuk share kepada orang lain yang mempunyai kasus yang kurang lebih sama.

Kartu Kredit (CC), tiap mendengar entah itu penawaran atau apapun bentuknya, saya teringat masa2 dulu ketika saya merasa diperbudak olehnya (CC). Dan perlu waktu yang cukup lama untuk menyadari kesalahan dan keterpurukan bahkan untuk recovery – nya.

Kehidupan di Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya, orang – orang sangat suka belanja. Saya berkata demikian karena ketika saya studi di negara tetangga, dan bersama rekan non Indonesian, kita berjalan – jalan ke tempat wisata, I see in every corner many Indonesian, dan mereka belanja souvenir yang cukup lumayan banyak jumlahnya. Dan mungkin saya, the only one yang tidak belanja. Karena saya memang tidak sebagai tourist disitu, but sebagao pelajar yang sedang jalan2.

Dengan bertambahnya kemudahan kita untuk mendapatkan CC, ternyata akan menjebak kita dalam “hutang” terselubung, selama kita tidak bisa mengendalikan diri. Karena begitu mudahnya bertransaksi, dengan limti yang tidak sedikit, katakanlah minimal Rp. 5 juta. We can do something dengan limit itu.

Berawal dari limit itu, kita blanja, trus ternyata ketika jatuh tempo pembayaran, kita bayar minimum payment. Dengan salah satu pertimbangan adalah uang jatah pembayaran bisa dipake dulu untuk yang lain. Padahal kalau dihitung bunga CC sangat mencekik leher.

Yang kedua, bisa jadi awal ktia membuat CC untuk pertama kali akan terasa sangat sulit persetujuannya dan kita H2C alias harap2 cemas. Ketika kartu sudah dikirim, wah kita happy, dan pasti belanja di butik bergengsi kita tidak malu, karena ada CC yang juga prestige/gengsi buat kita. Dan dari satu CC, maka akan dengan mudah membuat 10 CC yang lain. Bisa dipastikan dan kita akan terbelenggu terhadap “hutang” yang awalnya tidak kita sadari.

Untuk orang – orang yang tinggal di kota besar, dan yang punya gaya hidup kota metropolitan terutama di Jakarta banyak sekali godaan, terkadang kita kemakan gengsi, punya sekali banyak keinginan, dan pastinya godaan belanja dan wisata kuliner ada dimana – mana. Sekali kita tidak bisa mengendalikan diri, pasti ke 10 CC yang kita punya akan over limit semua. Dan yang ada gaji bulanan kita hanya untuk membayar minimum payment saja.

Ketika ada teman saya share kalau dia membuat CC, dan ketika mau belanja di gesek ternyata tidak bisa, blio-nya agak sebel dengan Bank penerbit. Tapi jawaban saya: “ Bersyukurlah kamu tidak bisa gesek, selama masih bisa menghindari acara gesek mengesek dengan CC, sebaiknya dihindari”

Saya berkata demikian karena, takutnya kita akan melebihi batas kemampuan bayar kita. Saya alami sendiri hal tersebut yang hingga pada akhirnya saya potong semua kartu dan saya tutup, karena totally saya bisa terbelenggu hutang CC hingga puluhan juta rupiah.

Untuk sadarnya bahwa kita sudah terlibat hutang yang tidak sedikit, itupun lama loh... padahal sudah didepan mata hutang itu. Tiap ada spread dengan limit, hawanya maunya dimentokin limit, herannya lagi, beli barang sale dengan CC, tapi tagihan nantinya cuman dibayar dengan minimum, hadohhh bayar bunga dengan bayar belanja salenya malah mahal bayar bunganya. Sekarang saya mikir begitu bodohnya saya waktu itu, dan pastinya tidak worthed lah dengan kepuasan batin.

Untuk recovery??? Alamakkk butuh waktu bertahun – tahun, kurang lebih 2th, dengan uang yang ada plus dengan berbagai kebutuhan yang makin hari makin banyak. Itupun dicicil tiap bulan konsisten dengan CC tidak digunakan. Meski itupun masih ada godaan juga.

Hingga saat ini saya sangat berpikir, orang – orang yang sangat hobi berbelanja, apakah merkea menyadari atau tidak ya akan adanya momok hutang dan pembayaran bunga saja. Memang sih baju bagus, dan penampilan bahkan barang – barang yang dipake branded, ditambah lagi makan di resto – resto yang cozy dengan diskon gede, namun dibalik itu tagihan CC nya “meledak”, over limit dan bisa jadi dikejer2 Debt Collector.

Saya hanya mengingatkan saja untuk pengguna CC, kalau belum bisa mengendalikan diri, sebaiknya dihindari. Ternyata menggunakan CC perlu siap mental juga kali ya..

Bagi yang sudah terlilit hutang yang belibet sebaiknya:
1.Komitment untuk tidak menggunakan CC hingga semua tagihan lunas.
2.Jangan pernah bawa CC di dompet jika bepergian ke Mall. Karena meski kita awalnya tidak mau pakai, tapi godaan akan selalu datang kan?
3.Jika memang kita tidak bisa meletakkan CC di rumah, brankas kalau perlu, maka cara ekstrem adalah POTONG semua CC yang anda punya bahkan tidak usah kunjungi tempat – tempat yang lagi sale atau ada kata Mall – nya.
4.Konsisten dalam pembayaran. Misalnya tiap bulan Rp 500rb, maka jikapun jumlah tagihan sudah berkurang, maka jangan dikurangi pembayarannya ke minimum paymet. Kita tetep harus konsisten terhadap jumlah tersebut.
5.Jika salah satu CC sudah ada yang lunas, maka sebaiknya ditutup.

Dengan tidak adanya beban CC, saya yakin hidup anda akan jauh lebih nyaman. Demikian pula dengan saya.

“Gunakan uang anda dengan bijak, sebagaimana pula dengan Kartu Kredit anda”

Friday 6 March 2009

Resolusi yang tertunda

Resolusiku di tahun 2008 yang lalu, belum semua terpenuhi. hal yang paling on top yang aku inginkan adalah memiliki rumah. Namun tahun 2008 telah berlalu dan keinginanku belum terwujud, bahkan tidak ada sama sekali "clue" ataupun "hawa2" yang mengarahkan aku kesana.

Betapa aku tidak sedih, tidak kecewa. Namun memang keyakinanku dan intuisiku akan terwujudnya keinginan itu sangat besar. Dan memang dengan keyakinan ini, ternyata resolusiku yang tertunda itu bisa terwujud di tahun ini, 2009.

Bertemu hal yang tidak disangka, aku bisa membeli rumah dengan kriteria yang aku inginkan pula.
1. Lokasi, di Jakata bukan jakarta coret, di komplek rumah yang aku tinggalin sekarang as pengontrak selama 5 th (lama juga ya..)
2. Luas tanah, sesuai dengan kriteria optimum yakni 150Mt. Jadi tidak kecil banget.
3. Bangunan, not bad, terdiri dari 4 kamar (beyond my expectations).

Ketiga faktor itu yang menjadi pertimbangan, dan ternyata setelah sekaian lama survey, harga rumah di area itu lebih dari 800jt. Lokasi menjadi pilihan utama karena anak-anakku bersekolah di area itu. Tapi sungguh tidak disangka aku bisa mendapatkan rumah yang sekarang dengan harga yang kurang dari itu, dan proses yang tidak rumit. Karena rumah tua ya ada beberapa yang harus dipoles dan direnov.



Usaha suami dan aku alhamdulillah akhirnya "cemantel" orang Jawa bilang. dan Sangat puas. Semoga kedepannya kami diberikan kemudahan.

*Yakinlah kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, selama niatmu baik, keinginan itu akan tercapai tanpa kita bisa menyadari sebelumnya"

Monday 27 October 2008

Menjadi Entrepreneur

Tidak gampang untuk menjadi seorang entrepreneur. Setelah saya meilhat acara Kick Andy di Metro hari minggu kemarin, dan kebetulan Pak Ci (Panggilan akrab pak Ciputra, founder dan chairman Ciputra Group) sebagai tamunya. Dengan obrolan yang sepertinya ringan, tapi memang disitulah ada suatu PROSES dan PERJUANGAN seorang Pak Ci untuk bisa survive dalam kehidupan yang serba sulit.

Ketika tahu Pak Ci ketika usia 12th baru masuk kelas 2 SD, karena memang tidak ada biaya. Namun keinginan beliau untuk bersekolah mengingatkan aku pada Lintang di Film Laskar Pelangi. Hanya saja Lintang harus berhenti karena keadaan dan memang Allah Swt sudah menggariskan demikian.

Kebanyakan orang bersekolah tinggi hingga ke luar negeri dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan menjadikan kita mempunyai penghidupan yang layak pula. Tapi tidak pernah terbersit dalam diri kita untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Dan memang saya akui itu benar adanya, termasuk yang terjadi dalam diri saya waktu itu.

Menurut Pak Ci, orang dapat menjadi entrepreneur karena 3 hal:
1. Orang Tua
2. Lingkungan
3. Pendidikan yang berhubungan dengan berwirausaha.

Kenapa banyak orang Tionghoa yang menjadi Entrepreneur, karena mayoritas orang Tionghoa itu berdagang. seperti masa kecilnya Pak Ci, dari lahir buka mata yang dilihat adalah barang dagangan orang tuanya, mereka tinggal di ruko. Hal tersebut merupakan pendidikan dini yang ditularkan oleh orang tua kepada anaknya.

Jika memang orang tua kita bukan seorang entrepreneur, seperti saya misalnya (orang tua saya pegawai negeri), kita bisa menjadi entrepreneur karena kita berada dalam lingkungan para entrepreneur seperti misalnya dengan saya bergabung dengan komunitas TDA ataupun komunitas lain yang memang tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja.

Dan jika memang kedua hal tersebut diatas tidak ada, ya kita bisa menjadi entrepreneur dengan pendidikan entrepreneur itu sendiri. Melalui seminar - seminar motivasi, ataupun short course entrepreneurship. Namun bagi kita yang masih muda - muda, perlu kita kenalkan entrepreneur ini kepada anak - anak kita sejak dini. Bahkan dari kecil, dari balita atau usia TK.

Ketika ditanya, kalau semua orang menjadi entrepreneur, lha terus siapa yang menjadi pekerjanya?? Pak Ci menjawab: Waktu kita disekolah kan semua anak - anak diharuskan untuk belajar menyanyi, namun pada kenyataannya tidak semua orang menjadi penyanyi kan?
Saya pun ketika melihat jadi mengangguk - angguk (bener juga ya...)

Menjadi entrepreneur memang tidak mudah. Tapi perlu diketahui, bahwa dengan kegagalan itu merupakan jalan menuju sukses. Jangan pernah patah semangat dan nikmati PROSES menuju kepada yang kita cita - citakan. Jika kita berusaha dengan sungguh - sungguh dan kita berdoa, percaya dan yakin maka kesuksesan itu akan ada ditangan kita.

Friday 19 September 2008

Beramal sebanyak - banyaknya...

Banyak sekali saya bertemu dengan orang - orang yang kita kenal maupun tidak dalam keseharian kehidupan kita. Dan banyak dijumpai sebagian orang itu selalu menunda untuk berbagi dengan sesama dengan bersedekah ataupun dengan beramal yang lain.

Mungkin memang saya orang yang tidak bisa menahan diri, dan selalu emosional jika melihat kemiskinan dan ketidakberdayaan anak kecil yang di ajak meminta - minta. yang selalu mengusik hati nurani saya. Termasuk juga anak - anak yang ada di panti asuhan, anak - anak yatim, piatu dan yatim piatu.

Seringkali saya berpikir keras, apa yang harus saya lakukan untuk membantu mereka? Menciptakan lapangan pekerjaan?? atau apa?? Saat ini kemampuan saya sangat terbatas (menurut saya). Tapi tekad untuk berbagi juga sangat besar dalam diri saya.

Sisi baik dari diri saya (mungkin) karena saya tidak mau menunda, apalagi jika melihat anak kecil tidak berdaya, tidak bisa sekolah karena tidak mempunyai biaya untuk sekolah dan terlebih lagi harus membantu orang tua mencari nafkah.

Alhamdulillah, sampai saat ini saya masih bisa melanjutkan kegiatan berbagi ini. Bukan berarti saya berbagi agar usaha saya lancar dan saya jadi orang kaya. Bukan itu... tapi saya berbagi untuk membantu mereka yang terpuruk dalam kemiskinan. Dan mungkin Allah melewatkan rejeki mereka lewat saya.

Kok ya ndilalah (orang jawa bilang), tiap mereka ada keperluan dan meminta kepada saya, jalan nya selalu ada, dan sebagian uang itu memang hak mereka. Jadi aku merasa malah mereka itu yang menolong saya, sehingga saya bisa menolong mereka dan menolong keluarga saya.

Jadi janganlah menunda untuk berbuat kebaikan, untuk bersedekah. meski ketika kita mengalami kesulitan, karena dari situ kita akan mendapatkan kemudahan.

Wednesday 17 September 2008

Networking

Ketika saya masih di bangku kuliah ataupun sekolah, saya selalu berusaha untuk mempunyai banyak teman. Awalnya sih gak ada maksud apa - apa, hanya maunya berteman saja.

Hingga ketika saya kuliah, mungkin nilai kuliah saya juga STD lah, yang pasti masih bisa buat melamar kerja. Tapi saya bis akenal orang - orang di sekitar saya begitu banyak. Bahkan hingga sekarang saya selalu membina hubungan dengan teman - teman lamaku, baik dari SMP, SMA dan kuliah. Yang lucu lagi ketika saya berusaha mengumpulkan mereka, akhirnya mereka bisa kenal satu sama lain.

Ternyata banyak teman - teman saya kuliah saya dulu pernah berbisik - bisik diantara mereka, bahwa si A akan sukses karena bla.. bla.. dan termasuk saya. Katanya saya punya banyak teman dan mereka selalu siap membantu saya. Aminnn jika memang saya bisa jadi orang sukses.

Ketika saya sudah di dunia kerja, terutama ketika saya berusaha untuk membuat side bisnis yakni berjualan bantal de Bloomen. Ternyata hubungan pertemanan atau istilahnya Networking, itu penting sekali.

Tanpa harus saya ngotot beriklan, atau berjualan, cukup dari mulut ke mulut, ternyata de Bloomen bisa bertahan hingga detik ini dan itu sudah 1,5 th. Awal mulanya saya juga tanpa modal, dan sejujurnya saya tidak berpikir bahwa usaha Bantal ternyata bisa bertahan dan menghasilkan side income buat saya.

Lewat satu teman, bisa satu lantai kantor pesan bantal saya semua. Bahkan 1 perusahaan, alamak... sungguh tidak disangka - sangka.

Dan perlu diketahui, ternyata bukan hanya teman - teman saya di 1 kota saja, bahkan yang ada di luar pulau pun turut menjadi pemakai dan penjual produk saya.

Networking itu penting dan sekali lagi sangat penting, terutama buat kita yang wirausaha. Jalinlah silaturahmi dan jagalah hubungan baik itu, pasti kita akan mendapatkan manfaatnya, mungkin tidak sekarang tapi di kemudian hari.

Sunday 2 March 2008

Bisnis oh bisnis

Setiap kita merenung untuk memulai suatu bisnis, pasti akan banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita. Bisnis apa yang akan ditekuni? Bisa atau tidak ya kita menjalani?? Perlu modal gak ya? Bisa bertahan tidak ya? Dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan dalam pikiran kita.

Pola pemikiran kita akan bisnis juga beraneka ragam, ada yang ingin berdagang dengan menjadi distributor, ada yang beli franchise, ada yang bener-bener ingin menjadi produsen. Ada juga orang berbisnis karena memang hobby dan chemistrynya memang disitu, karena ingin mempunyai usaha sendiri alias tidak mau ikut dengan orang, bahkan juga karena pihak yang bersangkutan tidak mungkin bisa mendapatkan pekerjaan karena akademis yang pas2an karena itu mau tidak mau harus cari uang dengan usaha sendiri.

Awalnya bagiku, memulai usaha ini karena ingin mendapatkan income lebih. Tidak hanya mengandalkan gaji di kantor. Tapi ternyata suamiku yang memang sudah hobby untuk berbisnis pikirannya sudah lain. Karena cita-citanya untuk mempunyai pabrik maka blio tidak segan-segan berusaha memproduksi de Bloomen dengan segala inovasinya yang murni 100% dari blio dan supportku tentunya.

Mungkin memang aku bukan seorang yang berjiwa adventurir, jadi ya sebagai pemikir dan punya intuisi, palingan hanya memberi masukan dan ide. Sedangkan suamiku seorang yang petualang, jadi bagi blio hal-hal yang sulit akan dengan mudah blio selesaikan. Kadang sampai bingung kok punya pemikiran ini itu ataupun ide ini itu.

Karena itu bagi siapapapun yang ingin berbisnis, atau merasa yakin bisa berbinis, mungkin bisa ditelaah karakter diri, karena dari karakter diri itu maka ide bisnis yang akan muncul akan berbeda dari yang satu dengan yang lain. Sekiranya bisania apa yang ingin anda jalankan??? Tanyakan pada hati dan intuisi anda.